Langsung ke konten utama

Confidence to be an Islamic Generation for the better generation

Bismillahirrohmanirrohim,

Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, serta nabi Muhammad adalah utusan Allah…
Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Muhammad saw, beserta keluarga, dan seluruh pengikutnya yang istiqomah hingga akhir zaman…

Assalamu’alaikum wr wb,
Ketika kita membahas tentang islam maka sebagai umatnya kita pasti meyakini bahwa islam lah agama yang benar. Islam satu – satunya agama yang diridhoi oleh Allah dan tidak ada agama lain selain islam yang demikian. Namun, keyakinan ini tentu tidak seirama dimiliki oleh setiap umat islam. Karena perbedaan tingkatan keimanan, ilmu dan pemahaman yang mereka miliki. Banyak pula kita dapati beberapa oknum yang mengaku islam namun belum meyakini kebenaran agamanya secara total, hanya tertanam dalam status kependudukan mereka bahwa islam lah yang mereka anut sebagai agama.  Sedangkan secara historis kepemilikan status tersebut taken for granted dari warisan biologis.
Keyakinan tentang islam sebagai agama serta petunjuk terbaik bagi seseorang sebanding dengan tingkat keimanan orang tersebut. Sedangkan tingkat keimanan seseorang dikuatkan oleh kedalaman ilmunya. Setiap umat islam yang telah mencapai derajat keyakinan akan agamanya akan meyakini bahwa Allah swt sebagai otoritas tunggal kehidupan telah menurunkan ayat – ayatNya kepada seorang utusan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang mana melalui proses peradaban dan pergantian zaman telah dikodifikasi dalam bentuk mushaf Alqur’an. Tidak hanya itu kesempurnaan konsep dan sistem petunjukan tersebut disempurnakan dengan adanya Hadist, ijma’, serta buku – buku literasi ulama yang lurus lainnya. Sehingga kepercayaan diri seorang muslim yang teguh imannya tentu secara otomatis tumbuh dan terus bertambah ketika membaca, dan mentadaburi setiap pesan – pesan kitab suci baik yang ditulis didalam Al-qur’an, Hadist Nabi Muhammad SAW, Serta karya – karya ulama’ yang lurus.  
Allah swt telah mendeklarasikan (to declare) bahwa agama yang diterima disisiNya adalah agama islam.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
(QS. Ali Imran : 19)

Deklarasi tersebut berlaku sejak dahulu, bahkan nabi – nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad saw juga beragama islam dalam definisi secara umum (QS. Ali-imran : 52 ; QS. Ali-imran : 67 ; QS. Albaqarah : 131- 132 ; QS. Al Hajj : 78 ; QS. Yunus : 84 ; QS. Al-a’raf : 126 ; QS. An – naml : 31). Karena sesungguhnya substansi ajaran yang para nabi bawa adalah sama yaitu tauhid, hanya saja nabi terdahulu diberikan syariat yang berbeda – beda sesuai dengan zaman dan kaum yang dipimpinnya. Sedangkan, nabi Muhammad saw diutus dengan syariat yang berlaku untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Allah juga berjanji akan menjaga kemurnian ayat – ayatNya dalam al-qur’an serta mengirimkan pada setiap 100 tahun hambaNya yang memperbaharui kemurnian syariah serta memperbaharui moral umat. Sehingga peluang pengubahan terhadap kalamullah sebagaimana terjadi pada umat sebelum Nabi Muhammad SAW kecil kemungkinan akan terjadi.
Dalam ayat lain, Allah swt telah menegaskan bahwa umat islam adalah umat terbaik

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
(QS. Ali-Imran : 110)

Namun, sebutan umat terbaik bagi umat islam menurut Allah harus memenuhi setidaknya beberapa persyaratan yaitu konsistensi masing – masing orang untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar, serta keteguhan dalam keimanan kepada Allah swt. Jadi, meskipun suatu komunitas, masyarakat atau Negara didominasi oleh umat islam namun ketika mereka tidak teguh dan konsisten dalam berdakwah amar ma’ruf nahi munkar dan istiqomah dalam keteguhan iman baik keyakinan, perkataan, maupun tindakan maka dalam perspektif Allah swt belum memenuhi sebutan sebagai umat terbaik. Konsistensi seseorang dalam tindakan beramal ma’ruf nahi munkar juga tidak serta merta lahir sebagai karakter, perlu proses untuk mewujudkan karakter  tersebut, perlu penguatan mental, kesabaran dan keteguhan, keberanian dalam menyampaikan ide – ide dan pemikiran islam, serta keberanian dalam melakukan perubahan sistem sosial dengan hikmah dan pelajaran yang baik.  Dan pada akhirnya kesemua karakter tersebut dapat mewujud ketika kepercayaan diri telah muncul dalam tubuh seorang muslim, bahkan muncul secara kolektif dan menjelma menjadi kekuatan umat yang mewujud sebagai generasi islam ideal.

Hadist berikut secara implisit menyatakan hubungan antara kepercayaan diri dengan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar :
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘barangsiapa melihat diantara kalian kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah – lemah iman.” (https://almanhaj.or.id/3579-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaah-1.html)

Percaya diri (confidence) adalah suatu kondisi mental dan psikologi seseorang yang memberikan keyakinan kuat terhadap dirinya untuk berbuat dan bertindak. Dorongan mental untuk mencapai keyakinan yang teguh dalam berdakwah masing – masing orang memiliki tingkatan yang berbeda – beda, sebanding dengan tingkat keimanan yang dimiliki masing – masing orang tersebut.  Level terendah dari keimanan seseorang adalah ketika sebatas hati yang melakukan penentangan terhadap setiap kemungkaran. Dia belum yakin dan memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk mengubah kemunkaran dengan lisannya. Karena berdakwah dengan lisan pun membutuhkan mental sabar, berani dan kecakapan dalam komunikasi, serta keilmuan yang cukup agar penyampaian yang dilakukan memberikan hikmah dan pelajaran yang baik (QS. An-nahl : 125). Dan orang – orang yang dianugerahkan oleh Allah hikmah yang keluar dari lidahnya maka benar – benar telah diberikan anugerah yang banyak (QS. Al-baqarah : 269). Namun, keinginan kuat untuk mampu menyampaikan dan berdakwah sampai pada level mencegah dengan menggunakan tangan atau tindakan harus terus digapai oleh masing – masing mukmin dengan cara menjaga keistiqomahan diri dalam belajar dan terus menuntut ilmu sepanjang kehidupan(long life education).
Pada akhirnya kepercayaan diri sebagai seorang muslim akan menghasilkan sikap optimis dalam kehidupan. Betapapun ujian kehidupan baik berupa bencana maupun kesenangan tidak mengubah pandangan seorang muslim terhadap masa depan. Bagi mereka masa depan akhiratlah yang menjadi tujuan dan perlu dikhawatirkan, bagi mereka kehidupan dunia hanyalah permainan, sedangkan keberadaan manusia hanya sebagai musafir, yang dengan tujuan keberadaannya memiliki amanah dari Allah swt sebagai khalifatu fil ardh (wakil Allah dimuka bumi). Perspektif inilah yang dapat kita sebut perspektif yang adil, yang mana meletakkan bagian dunia dan akhirat pada haknya masing – masing. Bukan berarti melebihkan porsi perlakuan diantara satu dari yang lain. Namun, meletakkan akhirat di hatinya, pada setiap niatnya dan meletakkan dunia pada genggamannya yaitu professional dalam setiap bidang dunia yang diamanahkan kepadanya. Perspektif ini yang dipastikan jika disadari dan dipahami oleh setiap umat islam maka berjayalah generasinya dalam memimpin peradaban sebagaimana mereka pernah memimpin peradaban dalam kurun waktu kurang lebih 15 abad.

Peran Dakwah Kampus Dalam Mewujudkan Generasi Islam
Ibnu Taimiyah memberikan nasihat kepada kita mengenai kewajiban dakwah dalam Majmu’ Al fatwa, 15 : 166
“Setiap orang dari umat ini punya kewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai kemampuannya. Jika sudah ada yang berdakwah, maka gugurlah kewajiban yang lain. Jika tidak mampu berdakwah, maka tidak terkena kewajiban karena kewajiban dilihat dari kemampuan. Jika tidak ada yang berdakwah padahal ada yang mampu, maka ia terkena kewajiban untuk berdakwah” (dikutip dari rumayso.com)

Dari kutipan nasehat tersebut dapat kita simpulkan bahwa berdakwah merupakan kewajiban setiap muslim sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Namun, jika dalam suatu komunitas sosial telah ada pendakwah, maka kewajiban tersebut gugur bagi muslim yang lain dikomunitas tersebut. Namun, jika tidak ada sama sekali yang berdakwah maka setiap individu yang mampu terkena kewajiban tersebut.
Kewajiban dakwah merupakan kewajiban yang tidak mudah. Apalagi pada zaman now. Zaman dimana peradaban berjalan diatas manhaj Negara – Negara barat. Mereka menanamkan ideologi – ideologi sekuler yang merasuk disetiap bidang kehidupan. Mereka memperkenalkan sistem paham liberalisme dalam kehidupan sosial, kapitalisme dalam kehidupan ekonomi, paradigma ilmu pengetahuan yang terpisah dari nilai ketuhanan, serta politik neokolonialisme dan pemikiran – pemikiran baru yang semakin memarginalkan nilai – nilai islam dan ketauhidan, Dampaknya umat islam semakin terjajah karena gozhwul fikr yang mereka galakkan secara pervasive. Terjajah tidak secara fisik, namun secara mental dan pemikiran. Khususnya kaum muda islam, generasi penerus dan penggerak pemikiran di setiap peradaban. Jika tidak ada upaya yang sistematis dan produktif untuk membangunkan pemuda ini, maka sulit bagi umat islam untuk bangkit untuk kembali mengantarkan kejayaan islam dengan karakter ramatal lil alaminnya.
Dalam suatu ayat, Allah berfirman :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-imran : 104)

Ayat diatas secara implisit menyampaikan pesan bahwa segolongan umat seharusnya ada dalam suatu komunitas sosial untuk aktif melakukan dakwah. Karena secara logis beban dakwah akan terasa lebih ringan jika dipikul oleh segolongan atau sekelompok orang. Terlebih tantangan dakwah pada zaman now yang mana secara makro sosial telah terwarnai oleh nilai – nilai peradaban barat. Dan Allah menjanjikan kepada sekelompok orang ini keberuntungan yang bisa jadi tak dapat dijangkau dalam penilaian manusia.
 Dalam struktur komunitas sosial pemuda merupakan elemen strategis yang memiliki masa yang lebih produktif dari pada elemen masyarakat sosial lainnya. Pemuda merupakan asset peradaban, yang dengan potensi spirit, inovasi, serta pemikiran – pemikiran fresh nya terbukti pada setiap zaman menjadi pembaharu – pembaharu peradaban. Setiap bangsa memperhatikan pendidikan pemudanya, karena dari merekalah masa depan bangsa ditentukan. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang mengarah kepada pembinaan potensi akhlak, mental, dan keahlian tidak bisa dianggap sepele.
Dakwah kampus merupakan sebuah sarana untuk merealisasikan pembinaan pemuda secara komprehensif, yang secara umum meliputi pembinaan intelektual, ruhani, dan jasmani. Dakwah kampus lahir dari forum – forum halaqah / liqo yang muncul pada era 70 – 80an. Saat orde baru berkuasa. Juga Saat dimana dakwah dilakukan dengan tersembunyi karena tekanan dan pembatasan penguasa orde baru saat itu. Dakwah kampus mulai menunjukkan keberadaanya secara bebas pada awal era reformasi tahun 1998. Sejak saat itu dakwah kampus semakin tumbuh serta menyebar di setiap perguruan tinggi diseluruh Indonesia.
Ridwansyah dalam tulisannya yang dikutip dari islamedia.id menyatakan bahwa ekskalasi perbaikan peradaban dimulai dari perbaikan individu, dimana individu akan membangun keluarga, lalu kumpulan keluarga ini akan tergabung dalam komunitas masyarakat yang berperan dalam perbaikan Negara. Hingga kumpulan beberapa Negara yang ada mampu menumbuhkan peradaban baru lebih baik (better generation) yang mana dalam hal ini peradaban islam. Menyadari hal ini maka dakwah kampus merupakan sebuah sarana yang potensif untuk mewujudkan cita – cita peradaban islami (better generation). Alasan logisnya adalah dakwah kampus memungkinkan untuk mengubah dan mentarbiyah generasi pemuda sebagai the agent of change untuk menjadi pribadi yang percaya diri (confidence) disetiap peradaban untuk memperjuangkan nilai – nilai islam disetiap sektor kehidupan.
Dakwah kampus dengan konsep tarbiyah yang dimilikinya diharapkan akan memberikan dukungan dalam mewujudkan peradaban islam sebagaimana kita yakini sesuai dengan periodisasi zaman yang disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa kelak pada akhir zaman kita akan berada pada suatu zaman atau peradaban yang tegak diatas panji dan nilai – nilai islam yang dikenal dengan khilafah minhaj ‘ala nubuwah. Tarbiyah dengan prinsip long life education nya memberikan energy positif bagi perjuangan pada era peralihan menuju peradaban khilafah ‘ala minhaj nubuwah.

Masa depan dakwah kampus
Dilingkungan kampus secara umum dakwah kampus direpresentasikan oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK). LDK memiliki tugas dan fungsi untuk menyebarkan dakwah islam dengan konsep dakwah yang  berlandaskan Alqur’an dan sunnah. LDK merupakan sarana atau wasilah untuk mewujudkan tersebarnya dakwah islam itu sendiri. Sehingga sebagai suatu sarana maka dinamika perubahan metode atau cara penyampaian dakwah tentu diperlukan sesuai dengan konteks zaman yang melingkupinya. Namun landasan dakwah tetap sepanjang zaman yaitu Al-qur’an dan sunnah nabi saw.
Melihat konteks peradaban saat ini, kita akan menemukan sebuah era dimana tiada sekat yang ada antara satu tempat dengan tempat lain, satu Negara dengan Negara lain, arus globalisasi menyebar dengan derasnya disetiap penjuru dunia. Fenomena ini didukung oleh adanya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kehadiran tekhnologi digital menandai masukkan era baru yang bisa kita sebut era digital. Era ini yang mendukung lahirnya era disruption (meminjam bahasanya rhenald kasali). Disruption dalam bahasa Prof. Renald Khasali intinya adalah inovasi. Langkah inovatif yang menggantikan sistem – sistem lama, dengan cara – cara baru. Ketika setiap orang ataupun instansi tidak mengikutinya atau melakukan self-innovation maka ketika itulah mereka akan ter-disrupiton dalam ketidakberdayaannya. Sebut saja isu yang palingkita kenal  seperti perseteruan antara transportasi konvensional dengan transportasi daring, atau tumbangnya Kodak karena tidak berhasil mengembangkan temuan industry kamera digitalnya. Bahkan menurut Prof. Renald kasali untuk menghadapinya tidak cukup diperlukan motivasi. Sebaliknya diperlukan strategi untuk membaca “where we are” dan “where we are going to”. Kalimat terakhir ini mengimplikasikan pesan bijak kepada kita agar kita memahami dulu siapa diri kita, apa potensi diri kita yang dapat dikembangkan untuk membangun peradaban dunia, dan bagaimana kita akan mewujudkan itu…
Pada ekosistem inilah LDK saat ini ada. Mereka menghadapi gelombang baru peradaban yang penuh inovasi dari segala bidang dan inovasi tersebut lahir dari tangan – tangan kreatif pemuda. Oleh karena pemuda juga yang menjadi subyek dan obyek utama Lembaga Dakwah Kampus maka mereka juga pandai dalam memainkan peran mereka pada ekosistem ini. Apakh kemudian kita perlu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan ini?
Tentu jawabannya adalah kita perlu semua itu namun sekali lagi hanya sebagai sarana bagi kita untuk berdakwah ilallah… sarana bagi kita mensyiarkan nilai – nilai islam ramatan lil alamin, serta sarana bagi dakwah untuk mewujud dalam seluruh sektor kehidupan.
Oleh karena itu hal paling utama adalah bagaimana menginternalisasikan dalam diri setiap pemuda nilai – nilai islam yang kokoh yang dimulai dari akidah hingga akhlak yang islami melalui tarbiyah yang merupakan metode dakwah lembaga dakwah kampus. Dengan kokohnya akidah, lurusnya ibadah, serta teguhnya perilaku diatas akhlak islami maka pemuda akan menjadi generasi berkarakter yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam upaya merubah nilai – nilai sosial dalam setiap sektor kehidupan yang ada.
Tujuan dakwah kampus adalah suplai alumni yang berafiliasi terhadap islam, transformasi masyarakat menjadi masyarakat madani, serta penyedian unsure – unsure perbaikan Negara. Dari ketiga tujuan ini kita dapat menyatakan bahwa output dakwah kampus itu sendiri adalah alumni – alumni kader dakwah  yang siap melakukan perannya di setiap sektor sosial masyarakat bangsa dan Negara. Dakwah dalam arti luas, artinya dakwah bukan hanya dalam arti memberikan ceramah keagamaan seperti ustad atau ulama, namun dakwah dalam arti keteladanan dalam setiap perilaku. Hal ini karena kemungkinan kecil bagi mahasiswa yang terdidik ilmu pengetahuan dan tekhnologi duniawi untuk menjadi seorang ustad atau ulama, tidak sebagaimana jika mahasiswa yang memang sedari awal menekuni ilmu – ilmu pengetahuan agama di pesantren atau sekolah berbasis pendidikan islam lainnya. Konsepsi ini penting dipahami bagi setiap pelaku atau subyek dakwah kampus. Melihat karakter dakwah kampus tersebut, maka menjadi penting bagi kader dakwah kampus untuk tidak hanya menempuh tarbiyatul islamiyah dengan baik namun juga mengenal, memetakkan, serta mengembangkan potensi akademik yang dimilikinya sejak masa kampus. Agar mereka siap berkarya di setiap sektor sosial yang meliputi sektor publik, sektor swasta, serta sektor sosial. Tidak hanya berkarya namun menjadi tokoh professional dalam karir dan bidangnya masing – masing, sehingga mereka mampu menerapkan konsep berdakwah dengan tangan (kekuasaan), yang merupakan tingaktan tertinggi dalam dakwah. Ketika kondisi ini terjadi maka terwujudlah generasi terbaik itu (better generation). Yaitu ketika setiap pendukung kalimat Allah mampu menguasai setiap bidang kehidupan dengan masing – masing kompetensi inti yang mereka miliki.  

Allahu a’lamu







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Surah Ali Imran Ayat : 190-200

Maha Suci Allah, segala puji bagi Nya, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan langit dan bumi ini tidaklah sia-sia. Maka tidakkah kita seharusnya berpikir dan merenung. Sungguh telah banyak bukti-bukti kebesaranNya. Telah banyak pula nikmatNya yang diberikan kepada kita. Perhatikan potongan ayat berikut : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan dia dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
Dauroh "Meraih Berkah Melalui Etika Kerja" LTTQ Ar rahmah SPG Pratama BPN   harta bs mengklasifikasikan manusia 4 kelompok orang 1. hamba di beri harta dan ilmu, denganya dia bertaqwa kpd Allah, silarutahim, dn berbagi 2. hamba diberi ilmu tp tdk diberi harta, namun niat yg bersangkutan baik. jk diberi harta dia ingin mengamalkan sprti org berharta. Dia mndpt pahala yg sm dgn yg pertama 3. Diberi harta tp tdk diberi ilmu. shg hartax tdk memberi manfaat 4. tdk diberi harta dan ilmu. niatx sm seperti nmr 3. Dosanya sm dgn nmr 3. Shg harapannya seiring bertambahnya harta, bertambah pula ilmu mencari keberkahan @. Cara mndaptkan harta "bg yg penggasilannya thoyib mk ada 5 : 1. jgn smpai gara2 mencari harta, hamba meninggalkan kewajiban kpd Allah 2. jgn smpai menyakiti org lain hnya krn harta 3. Punya niatan yg baik dlm kerja dlm rangka menjaga kehormatan dr dan keluarga 4. tdk memaksa diri semua potensix hanya utk cr harta 5. hendaknya memahami bahwa